Pernah nggak sih dapet chat dari mantan yang tiba-tiba muncul tanpa alasan jelas? Kadang cuma “Hai” doang, terus kita bingung mau bales apa. Atau malah ada yang tiap hari nge-chat tanpa peduli kita masih nyaman atau nggak. Nah, personalized marketing itu mirip banget sama chat mantan. Kalau dilakukan dengan cara yang pas, bisa bikin hubungan tetap baik. Tapi kalau berlebihan, ya siap-siap aja di-block!
Di zaman sekarang, strategi marketing nggak bisa asal tebar jaring. Konsumen makin pinter, makin selektif. Mereka cuma mau dengerin brand yang ngerti kebutuhan mereka. Makanya, personalisasi jadi kunci utama buat bikin pelanggan tetap engaged tanpa merasa risih.
1. Apa Itu Personalized Marketing?
Simpelnya, personalized marketing itu strategi pemasaran yang dibuat khusus sesuai kebutuhan tiap pelanggan. Jadi, nggak asal broadcast promo ke semua orang, tapi bener-bener disesuaikan sama kebiasaan, preferensi, atau histori belanja mereka.
Misalnya, kamu sering cari-cari sepatu lari di e-commerce, eh tiba-tiba pas buka aplikasi, muncul rekomendasi sepatu yang pas banget sama selera kamu. Atau pas dengerin Spotify, tiba-tiba ada playlist “Lagu-lagu Favorit Kamu di 2024” yang isinya lagu yang sering kamu dengerin. Itulah personalized marketing!
Kenapa penting?
- Biar pelanggan ngerasa dihargai, bukan sekadar target jualan
- Meningkatkan kemungkinan orang tertarik dan beli produk
- Membangun hubungan jangka panjang antara brand dan pelanggan
2. Kenapa Harus Kayak Chat Mantan?
Coba bayangin mantan kamu nge-chat dengan cara berikut:
- Tiba-tiba muncul tanpa konteks → “Hai, apa kabar?” (padahal udah lama nggak komunikasi)
- Tiap hari nge-chat tanpa henti → “Kamu lagi di mana?” “Udah makan?” “Kok nggak bales?”
- Ngasih info yang nggak relevan → “Dulu kamu suka warna biru, kan?” (padahal suka hijau)
Kalau dapet chat kayak gitu, rasanya pasti malesin banget, kan? Sama halnya dengan marketing! Kalau brand tiba-tiba muncul tanpa alasan, nge-spam promosi tiap hari, atau ngasih penawaran yang nggak relevan, pelanggan bakal langsung kabur.
Kunci personalized marketing yang nggak nyebelin:
✔ Tahu waktu yang pas → Jangan tiba-tiba muncul kalau nggak ada konteksnya
✔ Beri informasi yang relevan → Promosi sesuai dengan kebutuhan pelanggan
✔ Gunakan nada yang personal → Biar pelanggan merasa diajak ngobrol, bukan dipaksa beli
3. Elemen Kunci Personalized Marketing yang Efektif
1. Data yang Akurat
Sama kayak kita yang hafal kebiasaan mantan, brand juga harus tahu kebiasaan konsumennya. Misalnya, kalau pelanggan suka belanja baju casual, jangan tiba-tiba promosiin jas formal.
2. Pesan yang Relevan
Jangan sekadar manggil nama doang, tapi nggak nyambung sama isi pesannya. Misalnya:
🚫 “Halo, Dika! Diskon 50% untuk tas wanita!”
✅ “Halo, Dika! Kami punya promo spesial buat kamu yang suka sneakers.”
3. Timing yang Pas
Jangan tiba-tiba kirim email jam 3 pagi atau promo di saat yang nggak relevan. Misalnya, kalau pelanggan baru aja beli HP, jangan langsung promosiin HP lagi. Mending tawarin aksesoris kayak case atau tempered glass.
4. Nada yang Personal
Coba buat interaksi yang lebih santai dan nggak terlalu jualan. Misalnya:
🚫 “BELI SEKARANG! Diskon 70% hanya hari ini!”
✅ “Hei, kita punya sesuatu spesial buat kamu. Diskon 70%, jangan sampai kelewatan ya 😉”
4. Contoh Brand yang Sukses dengan Personalized Marketing
Biar makin paham, nih contoh beberapa brand yang sukses menerapkan personalized marketing:
🔹 Amazon → Rekomendasi produk berdasarkan histori belanja pelanggan.
🔹 Netflix → Algoritma canggih yang kasih rekomendasi film sesuai tontonan favorit kamu.
🔹 Spotify → Bikin playlist khusus yang disesuaikan sama selera musik kamu.
Mereka nggak asal kasih rekomendasi, tapi benar-benar pakai data pelanggan buat kasih pengalaman yang lebih personal.
5. Kesalahan Fatal dalam Personalized Marketing (Jangan Jadi Mantan Nyebelin!)
Nah, biar nggak jadi brand yang ngeselin, hindari kesalahan ini:
❌ Terlalu sering mengirim pesan → Pelanggan bakal ilfeel dan ngeblokir brand kamu.
❌ Menggunakan nama pelanggan tanpa relevansi → Panggil nama doang tapi pesannya nggak nyambung.
❌ Mengabaikan privasi pelanggan → Jangan terlalu agresif atau kepo sama data pelanggan.
❌ Nggak ngasih opsi buat unsubscribe → Kasih pelanggan kebebasan buat milih mau tetap dapet info atau nggak.
Kesimpulan
Jadi, personalized marketing itu ibarat chat mantan: harus pas, jangan nyebelin!
Kalau terlalu agresif, pelanggan bakal kabur. Tapi kalau tahu cara yang pas, bisa bikin hubungan tetap nyaman. Dengan memahami kebiasaan pelanggan, ngasih rekomendasi yang relevan, dan pakai nada komunikasi yang friendly, brand bisa lebih dekat dengan audiens tanpa bikin mereka risih.
FAQs (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa itu personalized marketing?
Personalized marketing adalah strategi pemasaran yang dibuat khusus sesuai kebutuhan dan preferensi tiap pelanggan.
2. Kenapa personalized marketing penting?
Karena pelanggan lebih suka konten yang relevan dengan mereka, bukan sekadar promosi asal-asalan.
3. Contoh brand yang sukses dengan personalized marketing?
Amazon, Netflix, dan Spotify adalah contoh brand yang sukses menerapkannya.
4. Apa kesalahan umum dalam personalized marketing?
Terlalu sering nge-spam pelanggan, pakai data yang nggak relevan, dan nggak ngasih opsi unsubscribe.
5. Bagaimana cara mulai menerapkan personalized marketing?
Gunakan data pelanggan dengan bijak, kirim pesan yang relevan, dan pastikan timing yang tepat.
Ingin menguasai digital marketing dan membuka peluang karier atau bisnis? Argia Academy membuka kelas-kelas bagi kalian yang ingin memperdalam digital marketing. Pelajari strategi terbaru dari para ahli, mulai dari pemula hingga tingkat lanjut, dengan metode yang praktis dan mudah dipahami.
Dapatkan pengalaman langsung, bimbingan dari mentor berpengalaman, dan mulai aplikasikan ilmu yang Anda pelajari untuk meraih kesuksesan. Daftar sekarang di halaman program kami atau hubungi via WhatsApp 082142334334